prewee.com – Virus corona telah memberi dampak bagi seluruh dunia utamanya negara kita tercinta indonesia terutama di sektor pendidikan. Hal ini telah diakui ( UNESCO ) pada kamis (5/3) bahwa virus corona ini berdampak pada sektor pendidikan. Hampir 300 juta siswa seluruh dunia merasa terancam di masa depan. Yang mana sistem pembelajaran saat pandemi ini di nilai sangat kurang efektif karena berbeda sekali dengan layaknya belajar seperti biasa di dalam ruangan kelas dimana guru dan juga murid dapat berinteraksi secara langsung.
Sejak pertama kali diumumkan oleh orang no 1 di indonesia bahwa kasus Covid -19 sudah masuk di indonesia kemudian presiden Joko Widodo mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktifitas di luar rumah demi menekan rantai penyebaran virus Covid -19 di indonesia. “Saatnya kita kerja di rumah, sekolah di rumah,ibadah di rumah” ucap Jokowi usai konferensi pers di istana bogor.
Presiden Joko Widodo juga meminta masyarakat agar menerapkan social distancing untuk mencegah terjadinya penularan virus Covid-19. Upaya ini dilakukan pemerintah untuk mencegah, menahan, memperlambat penyebaran virus corona Covid -19. Kebijakan sosial distancing belum sepenuhnya berjalan banyak masyarakat yang menganggap sepele penerapan metode tersebut. Karena kebanyakan masyarakat kita menerapkan metode kebersamaan dan kerjasama dan bentuk interaksi sosial lainya.
Adanya Pandemi Covid-19 Ini Memberlakukan Sistem Pembelajaran Secara Online
Sejak diberlakukannya social distancing menteri pendidikan NADIEM (MENDIKBUD) mendukung kebijakan pemerintah untuk mengajak para mahasiswa dan siswa/i untuk bisa belajar dirumah dan meniadakan UN namun mengambil nilai kumulatif siswa dengan belajar dirumah (ONLINE). Metode ini dilakukan agar mengurangi penyebaran virus corona Covid -19. Namun dampak ini atau metode ini tentunya berbeda dengan wilayah-wilayah yang ada di indonesia. Berikut permasalahan yang dirasakan para mahasiswa/i dan siswa/i yang menjalankan metode tersebut.
Selama 4 minggu belajar dirumah banyak laporan masuk ke KPAI yaitu sebanyak 70% kebanyakan laporan tersebut dilaporkan oleh siswa sd smp sma smk.Menurut masyarakat utamanya mahasiswa/i dan siswa/i selama belajar online ini masih menggunakan kuota internet dan berbagai daerah tidak menunjang adanya sinyal dan hp android. Tentu bagi mereka ini sangat tidak efektif dan tidak bisa mengikuti pelajaran yang diberikan.
Kurangnya memberikan penjelasan guru ke murid sehingga murid hanya diberi tugas yang menumpuk sehingga anak ini merasa tertekan. Hal ini sebagian kebijakan sekolah menggunakan metode aplikasi berbayar namun menurut mereka masih kurang efektif. Akhirnya tv nasional berupaya membantu kebijakan pemerintah dengan belajar menggunakan tv dan umur atau kelas bisa menyesuaikan jadwal tersebut.
Banyaknya pekerja atau pengusaha yang kehilangan pendapatan karena virus corona ini. Wiraswasta yang di phk mengeluhkan bahwa mereka sudah tidak mendapatkan pemasukan tapi harus tetap memberikan makan keluarga dan membeli paket kuota internet karena anaknya yang banyak. Hal ini kemudian pemerintah menurunkan kebijakan bagi yang terkena PHK akan mendapat bantuan 600 ribu per 3 bulan dengan membuat kartu pra kerja.
Mahasiswa banyak yang mengeluh karena sebagian universitas tidak memberikan paket internet gratis ataupun potongan pembayaran karena situasi corona Covid -19. Banyak dari mereka yang bekerja sambil kuliah tapi mereka ada yang di PHK oleh perusahaan dan tidak bisa melanjutkan pendidikanya. Banyak dosen memberikan tugas yang terlalu menumpuk dan kebijakan yang tidak masuk akal. Itulah tanggapan persepsi dari setiap masyarakat indonesia dari berbagai wilayah karena pandemi Covid -19 ini. Semoga pemerintah memberikan kebijakan yang dapat mensejahterakan rakyat dan virus corona Covid -19 ini segera hilang. Amin