Prewee.com – Film Miracle in Cell No.7 merupakan salah satu film dengan genre drama asal Korea Selatan yang rilis pada tahun 2013 silam dan sangat mendunia dan sukses membuat siapapun yang menontonnya banjir air mata. Kesuksesan dari film yang dibintangi oleh Park Shin Hye ini membuatnya mendapatkan adaptasi oleh berbagai negara, di tahun 2022 ini kabar baiknya akan kedatangan versi Indonesia dari film tersebut yang melibatkan Hanung Bramantyo sebagai sutradara dari film ini. Sinopsis film terbaru Miracle in Cell No.7 Indonesia menceritakan tentang Dodo Rozak yang diperankan oleh Vino G. Bastian.
Ia merupakan pedagang balon yang memiliki keterbatasan mental yang ingin jadi ayah terbaik bagi anaknya, pada suatu hari Dodo justru ditangkap atas tuduhan telah memperkosa dan membunuh seorang anak kecil. Dodo kemudian harus menjalani hukuman penjara pada sel nomor tujuh yang berisi napi brutal, dari versi aslinya saja pasti semua penonton sepakat bahwa film asal Korea Selatannya sangat emosional. Setelah selesai menonton, gak sedikit penonton yang terkuras air matanya, saking banyaknya adegan yang emosional dan versi Indonesianya juga tidak kalah emosional. Berikut review filmnya.
Review Film Miracle In Cell No.7 Versi Indonesia, Wajib Tonton!
   1. Tidak Kalah Emosional Dari Versi Aslinya
Hanung dan Falcon Pictures benar-benar mengadaptasi keseluruhan cerita dari versi orisinalnya. Namun mereka tetap menyesuaikan beberapa elemen ceritanya agar sesuai dengan budaya atau keseharian di Indonesia, hasilnya mereka berhasil membuat ulang cerita Miracle in Cell No.7 dengan nuansa yang lebih Indonesia dengan tetap menjaga level emosional dari versi yang asli.
Buat kamu yang belum pernah menonton versi orisinalnya, dijamin bakalan nangis ketika menyaksikan adaptasi Indonesianya, buat kamu yang sudah menonton versi Koreanya juga akan tetap merasa emosional ketika menonton versi Indonesia walaupun kamu sudah tahu bagaimana endingnya. Bohong rasanya kalau kamu tidak berlinang air mata ketika menontonnya.
   2. Jokes Menggelitik yang Tepat Momen
Tidak hanya drama yang emosional, adaptasi Indonesia ini juga tetap menghadirkan unsur komedi seperti versi orisinalnya. Terlebih lagi jajaran pemain yang ada dalam versi adaptasinya dibintangi oleh aktor yang sudah sering tampil dalam film genre komedi, hasilnya kamu akan menyaksikan banyak adegan yang mampu mengocok perut kamu, mulai dari celetukan nyeleneh hingga komedi slapstick sekalipun.
Adanya lelucon dalam film ini pun sangat tepat sehingga tidak mengganggu nuansa drama emosional yang jadi fokus utamanya, memang ada beberapa jokes yang muncul dalam adegan dengan nuansa yang emosional, tapi dengan adanya jokes ini gak terganggu dan malah terkesan menetralisir adegannya sehingga gak membuat penonton sedih terus menerus.
   3. Ensemble Cast yang Sangat Solid
Pemilihan pemain untuk membintangi Miracle in Cell No.7 versi Indonesia terbilang sangat tepat dan berhasil, Vino G. Bastian yang menjadi pemeran utamanya berhasil memberikan performa yang sangat memukau sebagai pria dengan keterbatasan mental, chemistrynya sebagai ayah-anak dengan aktris cilik Graciella Abigail sukses membuat hati penonton hangat sewaktu menontonnya. Namun chemistry paling solid terasa ketika mereka sudah mulai berbaur dengan para napi sel nomor 7 yang mayoritas dibintangi oleh aktor komedi.
Mulai dari Indro Warkop, Tora Sudiro, Rigen Rakelna, Indra Jegel, hingga Bryan Domani, kehadiran para pemeran napi ini benar-benar dapat menghibur sepanjang nonton karena mereka yang menjadi sumber komedi dalam filmnya. Para pemain pendukung lainnya yang terlibat dalam film ini juga tidak kalah memberikan performa terbaik mereka sebagai karakter masing-masing. Mawar De Jongh memerankan versi dewasa dari karakter Graciella Abigail yang sukses menambah unsur dramatis pada filmnya.
   4. Kekurangan yang Tidak Terlalu Mengganggu
Terlepas dari berbagai point positif tersebut, Miracle in Cell No.7 Indonesia ini juga memiliki kekurangan. Salah satu kekurangan yang paling terasa sejak awal hingga akhir filmnya yaitu pewarnaan setiap adegan yang terlihat terlalu kuning seolah setiap tempat menggunakan lampu pijar.
Desain produksinya pada beberapa adegan juga tidak sesuai dengan latar waktu utama ceritanya yang berlangsung pada tahun 2002, selain itu beberapa adegan juga terlalu dramatis, namun film ini tetap dapat dinikmati dan tertutupi dengan poin posittifnya. Itulah beberapa review film Miracle in Cell No.7 yang belum lama ini tayang.