Gunung Ile Lewotolok meletus setelah terakhir meletus pada tahun 1951, aktivitas gunung Ile Lewotolok yang berlokasi di Lembata, Nusa Tenggara Timur ini kembali menunjukkan peningkatan. Gunung tersebut kembali erupsi pada hari Minggu 29 November pagi hari pukul 09.45 WITA, dengan adanya peningkatan aktivitas ini Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau disebut PVMBG menaikkan status Gunung Ile Lewotolok dari Level II yang berarti waspada menjadi Level III siaga.
“Berdasarkan hasil analisis secara menyeluruh maka pada tanggal 29 November 2020 pukul 13.00 WITA tingkat aktivitas Gunung api Ile Lewotolok dinaikkan dari Level II waspada menjadi Level III siaga” ucap Kepala Pusat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kasbani. Sementara itu belum lama ini, sejak tanggak 26 November 2020 gempa tremor terus terekam dan pada tanggal 27 November 2020 terjadi erupsi, aktivitas kegempaan sempat mengalami penurunan, namun hari ini gempa sudah terjadi sebanyak 6 kali gempa vulkanik dalam yang mengindikasikan adanya suplai magma dari kedalaman yang semakin meningkat.
“Tremor menerus kemudian muncul mulai sekitar 15 menit sebelum erupsi terjadi pada 29 November 2020 pukul 09.45 WITA” ucapnya, erupsi pertama terjadi pada tanggal 27 November 2020 pukul 05.57 WITA, kabarnya tinggi kolom abu teramati setinggi 500 meter di atas puncak atau sekitar 1.923 meter di atas permukaan lain dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Sedangkan erupsi yang kedua terjadi pada hari ini pukul 9.45 WITA dengan tinggi kolom abu mencapai angka 4.000 meter di atas puncak atau sekitar 5.423 meter di atas permukaan laut, abu tebal juga condong ke arah timur.
Kasbani menerangkan data pemantauan mengindikasi kalau aktivitas Gunung Ile Lewotolok masih tinggi serta berpotensi akan mengalami erupsi susulan, potensi bahaya pada saat ini menurut Kasbani merupakan lontaran batu atau lava pijat ke segala arah, dan juga hujan abu yang sangat lebat dengan penyebaran yang bergantung arah dan kecepatan angin. Ada juga potensi bahaya lain yaitu awan panas utamanya ke arah bukaan kawah, longsoran material lapuk yang ada di kawah puncak ke arah tenggara maupun alirah lahar di sungai sungai yang berhulu di Gunung Ile Lewotolok pada saat musim hujan.
Kabar gunung Ile Lewotolok meletus diketahui oleh masyarakat di luar NTT, masyarakat Indonesia sangat khawatir dengan kondisi masyarakat di sana. Kepala pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok, Stanislaus Arakian menjelaskan kalau terjadi peningkatan aktivitas gunung pada hari Minggu, Gunung api yang sebelumnya menyandang status level II atau Waspada menjadi level III atau siaga, level siada membuat kepala pos menghimbau masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas pada radius empat kilometre dari pusat erupsi atau kawah gunung, “Masyarakat diminta untuk selalu gunakan masker penutup hidung dan mulut karena potensi abu vulkanik dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pernapasan akut atau ISPA dan lainnya” ucap Stanislaus.
Stanislaus juga menerangkan kalau aktivitas tremor di gunung ini masih terus berlanjut, hal ini ditandai dengan muntahan lava pijar dan percikan bunga api. Stanislaus menambahkan, berdasarkan data seismograf, erupsi sudah terjadi enam kali pada hari ini dan akan masih terus berpotensi dalam batasan waktu yang belum bisa ditentukan. Gunung yang terletak di Lembata, Nusa Tenggara Timur ini sebelumnya pernah meletus sangat dahsyat berkali kali sejak tahun 1666 hingga 1920-an, diantaranya letusan terjadi pada 1660, 1819, 1849, 1852, 1864, 1889, 1920.
Dampak dari gunung Ile Lewotolok meletus tersebut telah meluluhlantakkan seluruh Pulau Lembata dan pulau pulau yang ada di sekitarnya, dan pada 7 Oktober 2017 gunung ini dinaikkan statusnya menjadi waspada, masyarakat dilarang mendekati zoan perkiraan bahaya di area kawah dan di seluruh area dengan radius 2 km. Kemudian selang beberapa hari status tersebut dikeluarkan, wilayah Lembata langsung diguncang gempa berkali kali yang mengakibatkan 671 warga diungsikan, gempa merupakan akibat aktivitas sesar lokal dan tidak bisa disimpulkan gempa berkaitan dengan peningkatan aktivitas Gunung Ile Ape. Wakil Bupati juga mengatakan kalau gunung ile merupakan gunung yang tidak memiliki hutan dan pohon, ada juga lereng yang merupakan batu wadas diselingi pasir dan tanah. Sehingga saat guncangan gempa terjadi, material berjatuhan dari arah gunung.